she-lagee1Awalnya, pertanyaan di atas muncul seperti gosip. Saya menanggapinya angin lalu. Tapi akhirnya menjadi seperti berita koran ketika She lagee tampil di Meulaboh Aceh barat dalam rangka memperingati 3 tahun penandatanganan MoU Helsinki. “She Lagee bukan produk budaya Aceh? Saya tersintak.

 

Pertanyaan selanjutnya muncul dalam benak saya, lalu manakah produk budaya Aceh yang sesungguhnya? Adakah produk budaya itu bersifat statis dan permanen? Mungkin saya terlalu jauh bertanya tentang itu, sebetulnya pertanyaan yang lebih penting adalah apakah sesungguhnya budaya?

 

Dalam definisi yang sangat umum budaya adalah kebiasaan dan nilai-nilai tertentu yang diakui secara umum oleh suatu masyarakat yang tinggal di suatu tempat tertentu. Budaya juga merupakan produk kolektif atau produk bersama yang menghasilkan suatu ukuran dan rangkaian tindakan yang dipakai sebagai acuan untuk menilai tindakan orang lain.

 

Namun yang terpenting dari definisi tentang budaya adalah bahwa budaya bukan sesuatu yang kita dapatkan sejak lahir. Kita mempelajarinya selama masa kecil dan masa muda dari para orang tua, keluarga, sesepuh, guru, pemimpin agama dan media. Budaya juga tidak statis, walaupun mungkin terkadang demikian. Budaya senantiasa berubah karena pengaruh berbagai kekuatan internal dan eksternal.

 

She Lagee adalah tarian kontemporer yang memiliki akar pada nilai-nilai tertentu yang diakui secara umum oleh masyarakat Aceh. Nilai-nilai tertentu tersebut antara lain kental dengan keislamannya, kultur komunal, dan heroisme. Selain nilai-nilai, SheLagee juga merupakan buah dari produk kolektif berupa rangkaian tindakan seperti meusekat pada barisan penari pagar, ranup lampuan pada penari burung, rapai duabelas, sedate, debus, serunai kalae, hikayat dan pantun-pantun.

 

Karena budaya merupakan sesuatu yang terus bertumbuh maka She Lagee merupakan inisatif kreatif, terobosan produktif atas berbagai nilai dan rangkaian tindakan di atas. Ciri kontemporer yang melekat pada tarian She Lagee menegaskan bahwa tarian Aceh telah dipengaruhi oleh berbagai kekuatan internal dan eksternal.

 

Kekuatan dari dalam yang muncul melalui She Lagee adalah kolaborasi kreatif atas rankaian tindakan yang sementara ini berdiri sendiri. Ego Meusekat, ranup lampuan, sedate, debus, rapai, seruanai kalae dan hikayat dilebur dalam satu paduan kekuatan. Bahwa berbagai produk kreatif itu bisa dipadukan tanpa harus dipaksakan.

 

Kekuatan lain yang muncul dari dalam melalui She Lagee adalah adanya perubahan pandangan, perubahan budi dan daya masyarakat Aceh akan situasi real tradisi kesenian yang sementara ini mendekam di sanggar-sanggar seni. Di Aceh Barat misalnya, semua sanggar seni ingin menampilkan dirinya yang terhebat, tanpa berkompromi secara kreatif untuk saling membagi dan mengisi. Sanggar-sanggar seni muncul karena pesanan pasar, bukan karena desakan rasa dan sadar budaya. Kesenian lahir karena event bukan sebaliknya karya kreatif yang melahirkan event.

 

Karena desakan kekuatan dari dalam itulah She Lagee melejit keluar cangkang kebiasaan. Seakan-akan ia melanggar norma, sepertinya ia bukan produk budaya Aceh. Mengapa?

 

Inilah yang disebut sebagai kekagetan atas peristiwa. She Lagee peka dan sadar akan kekuatan yang datang dari luar yakni perubahan kesadaran. She Lagee adalah produk kreatif yang lentur meliuk di antara pagar waktu. Kekuatan akan perubahan dan kekerdilan berpikir inilah yang membuat She Lagee mengejutkan semua pihak dan kalangan baik masyarakat, tokoh budaya dan seniman, politisi, bahkan pejabat Aceh Barat.

 

She Lagee mau membongkar kemapanan sanggar-sanggar seni yang selama ini terkungkung dengan egonya masing-masing. Ia mau menunjukkan kepada semua kalangan bahwa bukan saatnya seniman itu dibesarkan oleh pasar atau pesanan event. Tetapi sebaliknya Ia mau menunjukkan kepada semua bahwa produk kreatif adalah hakikat seni yang sesungguhnya. Sebuah produk kolektif yang berproses dalam waktu  tanpa keikutsertaan penyadaran dan inisiatif kreatif bukan budaya, tetapi pengulangan sejarah yang kaku, atau sejarah yang diulang-ulang. Dan itu tidak hanya membosankan, tetapi .tidak akan bertahan lama.

 

Apakah She Lagee bukan produk budaya Aceh? Siapapun yang akan bertanya seperti ini mungkin harus memahami sengguh hakikat kebudayaan itu sendiri. Jawabannya jelas, She Lagee adalah produk budaya Aceh. Ia lahir dan berproses dari kekhasan dan keistimewaan nilai-nilai hakiki Aceh yang islami, juga rangkaian-rangkaian tindakan kolektif yang menjadi ukuran penilaian bersama.

 

 

sumber gambar: forjusticeandpeace.wordpress.com