Pengunjung memperhatikan koleksi biota laut di museum Bahari Ende Flores. Setiap hari puluhan pengunjung dari berbagai kalangan memenuhi museum ini.

Pada 09 Maret 2000, Fudin, Husni dan Basrri, tiga orang nelayan dari Ende Nusa Tenggara Timur menemukan seekor ikan duyun sapi (sea cow) di pantai Bitta.  Ikan Duyun yang panjang sekitar satu meter lebih itu sekarang menjadi salah satu koleksi Museum Bahari yang paling menyita perhatian pengunjung dari sekitar 22.000 jenis biota laut lainnya.

Museum Bahari merupakan salah satu museum yang terletak di Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Museum ini menjadi satu-satunya  museum yang mengoleksi berbagai jenis biota laut di kawasan Nusa Tenggara. Terdapat berbagai jenis kerang dan siput laut, terumbu dan rumput laut, kerangka ikan paus dan berbagai jenis ikan laut lainnya.

Museum ini diresmikan pada tanggal 14 Agustus 1996 di Jalan Mohammad Hatta, Ende, sampai sekarang sudah memiliki jenis koleksi sedikitnya 1.000 spesies kerang laut, dan 300 spesies ikan, dengan total koleksi sekitar 22.000 jenis biota laut.

Keberadaan Museum Bahari tak bisa dipisahkan dari figur Pater Gabriel Goran SVD. Cikal bakal museum berawal dari hobinya, yang sedikit demi sedikit akhirnya mampu mengumpulkan jenis koleksi hingga berjumlah puluhan ribu buah.

Suatu ketika Pater Goran berkisah “Kenangan yang tak terlupakan adalah ketika saya menemukan siput Oliva. Warnanya amat indah. Setelah membandingkan rumah satu siput dengan yang lain, warnanya beragam. Dari situ kemudian saya senang mengoleksi sejak tahun 1981,” tutur Pater Goran.

Pater Goran melalui ribuan koleksi biota laut yang dikumpulkannya mengajarkan kepada saya dan kita semua perihal sikap peduli pada alam dan lingkungan sekitar. Terlepas dari berbagai jenis koleksi itu sebagai khasanah ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari dari generasi ke generasi, dibalik semuanya itu terkandung sebuah makna yang amat mendalam, yakni sikap dan semangat kecintaan pada kehidupan.