Sebuah keajaiban yang patut kita syukuri adalah bahwa kita tidak pernah bosan untuk selalu mengalami hari baru, sekalipun rutin dan lazim. Kita tidak pernah jera untuk mengalami ketidaktahuan dan bahkan kejutan-kejutan yang sesungguhnya menakutkan.

Berbanding terbalik dengan itu, yang senantiasa membuat kita yakin tentang kehadir-adaan waktu adalah bahwa setiap hari adalah hari ini. Setiap hari yang datang pada setiap pagi dan berakhir pada petang hari adalah hari ini. Sekalipun kita mengabaikan malam sebagai hari, tetapi sebagai bagian dari hari ia tetap berarti. Dalam semua-segala waktu itu kita adalah makhluk yang diberkati.

Lantaran itu, tidak sudah kita berulang  bersyukur kepada empunya waktu. Empunya siang dan empunya malam. Kepada-Nya kita bersyukur karena dalam kelaziman yang diciptakan-Nya serupa itu kita menemukan bahwa kita adalah makhluk yang sesungguhnya ‘ada’. Ada untuk tumbuh dan berkembang. sakit dan sembuh, suka dan duka, bahkan hidup dan mati.

Dalam ke-ada-an serupa itu kita diberikan-Nya peristiwa-peristiwa untuk dijumpa-alami. Dan tentang itu tidak seorang pun dari kita dapat mengelaknya. Mengelak dari waktu adalah membunuh ke-ada-an kita. Membunuh ke-ada-an kita adalah menolak berkah, menampik Sang Empunya kehidupan.