Sudah kau tahu apa yang aku maksudkan dengan kata itu? Kata itu adalah sesuatu yang memungkinkan anda (atau kau) membuat sesuatu yang bagi kebanyakan orang tidak mungkin menjadi mungkin.

Kulukiskan tentang masa depan. Walau sebenarnya tentang masa depan tidak seorang manusia pun yang bisa menentukan ini dan itu. Apalagi harus seperti ini atau seperti itu. Tetapi adalah lebih baik sedari awal meletakkan angan – aku harus menjadi seperti ini dan atau menjadi seperti itu – daripada sama sekali berjalan di gelap malam. Melampaui segala ketidakmungkinan, tentang kata, selalu akan menjadi mungkin. Itulah kata. Sesuatu yang tak terbantahkan keberadaannya.

***

Adalah seorang anak manusia yang naïf jika akan sesuatu yang menjanjikan seperti masa depan, sedari dini tidak meletakkan arah. Dan adalah bijaksana jika seorang anak manusia mengacungkan telunjuk untuk memastikan ke mana arah angin berlari. Cukup di sini, di kamar ini aku berkeliling menulis mencari arti. Sebab di lingkup diri aku adalah aku. Namun, aku akan menjadi semakin berarti jika pena itu melesat terbang ke padang savana.

Di sana di pucuk eukaliptus tarian anapena kian menggairahkan. Di padang savanna, penaku menari. Tetas tetes tinta hijaunya bagai embun. Biasnya laksana cita-cita, terangnya pun benderang. Sebaris angin terbang merendah menyapa jejakku. Ia terbang ke sana dan ke mari. Bilah-bilah angin itu melejit lepas dari jeruji jariku. Kuacungkan jari telunjuk menukik ke lambung langit biru. Aku mencari-cari arah mata angin mereka-reka kata, jadi sajak.

Di padang savana kutuliskan kata. Bukan sekedar kata. Tapi kata yang bernyawa. Kata yang suluk dalam realitas. Menggugah. Kadang marah, walau di lain sempat memelas. Kata yang garang, walau di lain saat tertutur santun. Kata yang tidak pernah tidur. Selalu hidup pada setiap siang, dan pada malam-malam dia bertafakur. Kata yang kukuh, jadi pijak. Pada waktu yang akan lalu, jadi tonggak. Yang bisa menilik arus sejarah, jadi jejak.

Kau bilang jejak anapena jadi prasasti. Benar katamu. Di padang savana dia tegak berdiri menjulang langit. Tatapannya melumat waktu, rengkuhannya merangkai ruang. Kata itu pandai membaca tanda-tanda zaman. Karena sejatinya kata itu tanda. Dia tangguh menyusuri ruang-ruang sepi miskin rasa sampai kepada kata yang padat sarat makna. Lantang mendendang riang bagai bunga lepas katup, saat jemarinya menyulam kata itu.

***

Sudah kau tahu apa yang aku maksudkan dengan kata itu? Kata itu adalah sesuatu yang memungkinkan anda (atau kau) membuat sesuatu yang bagi kebanyakan orang tidak mungkin menjadi mungkin. Di padang savana akan kau temukan kata itu. Ketika anapena menari menetas tinta hijaunya. Dan di balik dadamu bergemuruh rasa tentang masa depan. Itulah kata. Sesuatu yang tak terbantahkan kerberadaannya.

Sumber gambar: 3.bp.blogspot.com/_EaRtt-YzYO4/S…land.JPG