Betong Ateuh adalah sebuah lembah yang subur dan indah. Terletak di kaki bukit barisan yang dikelilingi rindang hutan, pemukiman jejak kekuasaan raja Beutong Banggalang ini tampak nyaman dan sejahtera. Kelokan sungai jernih yang membelah empat gampoeng (kampong) menambah sejuk dan segar
Selain keindahan dan kesejukannya, Beutong Ateuh juga menyimpan berbagai situs sejarah yang layak untuk ditelisik. Salah satu situs sejarah yang masih diperdebatkan kebenarannya adalah tempat persinggahan Cut Nyak Dhien di desa Blang Puuk.
Di desa yang bersebelahan dengan desa Blang Meurandeh ini terdapat sebuah batu besar dan sebatang pohon asam jawa yang dikisahkan menjadi tempat persinggahan Cut Nyak Dhien semasa perang melawan kompheni Belanda.
Namun demikian, keyakinan itu belum dipastikan kebenarannya. Selain karena belum ada penelusuran sejarah perihal bukti-bukti tersebut, juga karena informasi yang berkembang adalah kisah lisan yang belum tercatat dalam catatan sejarah.
Hal ini dibenarkan oleh Teungku Muda, salah satu sesepuh desa Blang Puuk. Menurutnya batu besar dan pohon asam jawa yang dimaksud adalah tempat persinggahan dua belas tentara Belanda yang tersesat, bukan tempat persinggahan Cut Nyak Dhien.
Lebih lanjut menurut Teungku Muda, coretan-coretan yang terdapat pada batu besar, yang sulit terbaca kalimatnya, adalah coretan-coretan tentara Belanda di waktu senggang ketika mereka sedang berisitirahat. Mereka menggunakan ujung pedang untuk menuliskan kalimat-kalimat pada wajah batu tersebut.
Terlepas dari semua informasi yang didapat, apakah benar Cut Nyak Dhien pernah singgah di batu besar di bawah teduh pohon asam jawa, sebagai generasi penerus bangsa pantas dan layaklah kita menelusuri bukti-bukti sejarah para pahlawan nasional, salah satu di antaranya adalah Cut Nyak Dhien.
M.H. Skelely Lulofs yang menulis novel sejarah ‘Cut Nyak Din, Kisah Ratu Perang Aceh (Komunitas Bambu:2007) mencatat bahwa sebelum kompheni Belanda mengalahkan kampung 4 Mukim dan menduduki kota Kroe’eng Bata, pada 18 Januari 1987, keberadaan Cut Nyak Dhien tidak diketahui. Cut Nyak Dhien seolah-olah hilang selama bertahun-tahun.
Lulofs hanya mencatat bahwa dalam masa pelarian Cut Nyak Dhiensering berpindah-pindah tempat, sehingga keberadaannya sulit untuk dilacak. Pertanyaan kita adalah apakah dalam masa pelarian tersebut Cut Nyak Dhien pernah singgah di Beutong Ateuh? Adakah jejak sejarah yang ditinggalkan sebagai bukti? Apakah benar babu besar di desa Blang Puuk adalah tempat persinggahan Cut Nyak Dhien? Inilah pertanyan besar yang mesti dijawab oleh generasi masa depan Aceh, selamat menelisik sejarah.
1 responses to “Menguak Jejak Cut Nyak Dhien”
Aulia
November 6th, 2012 pukul 17:47
Menjurus pada betul sepertinya, dari berita yg diturunkan sekitar April 2012, Pemerintah Kabupaten Nagan Raya dalam tahun 2012 ini segera melakukan pembangunan Tugu Pahlawan Nasional Tjut Nyak Dhien yang merupakan isteri Teuku Umar Johan Pahlawan, berlokasi di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya.
“Pembangunan tugu ini untuk mengenang sejarah perjuangan pahlawa Tjut Nyak Dhien selama masa perjuangan dalam melawan penjajah Belanda dalam mempertahankan kemerdekaan dari tangan kolonial,” kata Pj Bupati Nagan Raya H Azwir SSos kepada Serambi, Jumat (20/4) di Jeuram.
Menurutnya, pembangunan tugu bersejarah itu nantinya dilakukan di lokasi penangkapan Tjut Nyak Dhien di kawasan Beutong Ateuh, hingga sebelumnya diasingkan oleh Belanda ke Sumedang, Provinsi Jawa Barat dan hingga akhirnya pahlawan perempuan Aceh itu wafat di sana.
Kata Azwir, pembangunan tugu tersebut secara keseluruhan menggunakan dana APBK kabupaten setempat, dan diharapkan mampu menjadi objek wisata bersejarah di wilayah itu. Selain membangun Tugu Tjut Nyak Dhien, Pemkab Naga Raya dalam tahun ini juga akan membangun Gedung Serbaguna sebagai tempat pertemuan masyarakat, pemerintah serta berbagai kegiatan kesenian lainnya. (Serambi Indonesia)
Perlu sejarah lebih lanjut untuk menelusurinya 🙂
SukaSuka