1//TROTOAR
Kau membiarkan aku telantar
di antara jalanjalan hampa
membiarkan aku menjawab sendiri
teka-teki kehidupan
di antara jutaan pertanyaan.
Kepadaku yang tertinnggal
sepilihan nostalgia.
2//NOSTALGIA
Kau telah pergi
Lagi-lagi tanpa pamit
Kian-kian hari
Rindu menyempit
Jadi sepi
Sendiri
Seperti mimpi.
Kembalilah
3//KEMBALILAH
Merelalah aku bertumpu
di atas lepuh lutut untuk sebuah maaf.
Aku mau berjaga hingga fajar cerah.
Kekasihku, kirimkan aku alamat
Matahari pagi akan
mengirimkanmu surat
4//SURAT
salam jumpa,
di ujung bulan gugur
sebusur cinta lepas lalu
tinggal air mata basah
ruang khayalku
di sini aku sendiri
sedang menunggu bulan semi
surat ini mengajakmu kemari
untuk memetik
setangkai bunga hati
aku menanti
5//MENANTI
Ah kau ini….
Sebiru angin aku nanti
ternyata kau di sana
di jarum detik itu
Ketika sangat sepi
dan hanya kau
6//KAU
Yang termenung di sudut sepi itu
Menempa-nempa makna
Selalu seperti itu.
Kekasihku. Puisi.
7//PUISI
Kusetubuhi dengan cinta
mengalirkan ke liang sanggamanya
dengan sepenuh jiwa
indahnya bagai doa
8//DOA
aku melukis misterimu
Yang selalu kusujud
Pada pangkal dan ujung hari
9//HARI
Kau, napas
di atas waktu
menanjak siang
turun ke senja
lelap bersama purnama
di batas tepi usia
berpelukan dengan raga
tak akan jumpa esok pagi
kau, tidak tahu apaapa
10//APA
Kita adalah puisi,
para pejalan kaki
yang memilih sering
melalui trotoar
Romba, 25 April 2015