Publication2

1//TROTOAR

Kau membiarkan aku telantar

di antara jalanjalan hampa

membiarkan aku menjawab sendiri

teka-teki kehidupan

di antara jutaan pertanyaan.

Kepadaku yang tertinnggal

sepilihan nostalgia.

2//NOSTALGIA

Kau telah pergi

Lagi-lagi tanpa pamit

Kian-kian hari

Rindu menyempit

Jadi sepi

Sendiri

Seperti mimpi.

Kembalilah

3//KEMBALILAH

Merelalah aku bertumpu

di atas lepuh lutut untuk sebuah maaf.

Aku mau berjaga hingga fajar cerah.

Kekasihku, kirimkan aku alamat

Matahari pagi akan

mengirimkanmu surat

4//SURAT

salam jumpa,

di ujung bulan gugur

sebusur cinta lepas lalu

tinggal air mata basah
ruang khayalku

di sini aku sendiri

sedang menunggu bulan semi

surat ini mengajakmu kemari

untuk memetik

setangkai bunga hati

aku menanti

5//MENANTI

Ah kau ini….

Sebiru angin aku nanti

ternyata kau di sana

di jarum detik itu

Ketika sangat sepi

dan hanya kau

6//KAU

Yang termenung di sudut sepi itu

Menempa-nempa makna

Selalu seperti itu.
Kekasihku. Puisi.

7//PUISI

Kusetubuhi dengan cinta

mengalirkan ke liang sanggamanya
dengan sepenuh jiwa

indahnya bagai doa

8//DOA

aku melukis misterimu

Yang selalu kusujud

Pada pangkal dan ujung hari

9//HARI

Kau, napas

di atas waktu

menanjak siang

turun ke senja

lelap bersama purnama

di batas tepi usia

berpelukan dengan raga

tak akan jumpa esok pagi

kau, tidak tahu apaapa

10//APA

Kita adalah puisi,

para pejalan kaki
yang memilih sering

melalui trotoar

 

Romba, 25 April 2015