Posts from the ‘Jejak Fiksi’ Category

Sajak: KEPADA IBU

kbs

EMPU

*) kbs

 
adalah Empu
yang menempa, dan
menyepuh Tuhan
hingga bertubuh
jadi serupa aku.
Itu, Ibuku.

Maunori, 25 April 2014

 

MASAKAN IBU

*) kbs

Setiap hari
mimpi ibu terangkat ke udara
Dihantar debu dapur yang pekat
Dan bau hawa tubuh tua itu
Merangkak, menyengat, menusuk
Ke panci dan periuk
ke piring dan jarijari.

Setiap hari
di dapur yang risau
diawali dengan lamentasi
ibu memberkati semua dengan hati
sambil panaskan mimpi,
yang bertarung sengit dengan mati.
Dan itu, jadi santapan kami

Maunori, Maret 2006

 

PADA MULANYA DAN AKHIRNYA



*) kbs

Ketika telingaku terbuka,
yang pertama kudengar adalah
detak nadi ibuku.
sebuah suara paling dirindu
.
Ketika mataku terbuka,
yang pertama kulihat adalah
dada bening ibuku.
sebuah bidang paling dipeluk

Ketika aku berjalan
pertama kali yang kutuju adalah
jejak kaki ibuku.
sebuah ikut paling pasti.

Ketika aku berbicara
pertama kali yang kuucap, adalah
mamamamamamamamama
sebuah kata paling diingat.

Dan, ketika aku hendak pergi
entah suatu saat nanti
kepada Tuhan aku berdoa
“Kuburkan aku dalam rahim Ibu”

Maunori, 12 Februari 2010

 

IBU

*) kbs

Buah dada, dan
puting susumu
adalah piring, dan
sendok, yang
paling abadi

Maunori, 28 Agustus 2013

SATU SAJA(K): TROTOAR

Publication2

1//TROTOAR

Kau membiarkan aku telantar

di antara jalanjalan hampa

membiarkan aku menjawab sendiri

teka-teki kehidupan

di antara jutaan pertanyaan.

Kepadaku yang tertinnggal

sepilihan nostalgia.

2//NOSTALGIA

Kau telah pergi

Lagi-lagi tanpa pamit

Kian-kian hari

Rindu menyempit

Jadi sepi

Sendiri

Seperti mimpi.

Kembalilah

3//KEMBALILAH

Merelalah aku bertumpu

di atas lepuh lutut untuk sebuah maaf.

Aku mau berjaga hingga fajar cerah.

Kekasihku, kirimkan aku alamat

Matahari pagi akan

mengirimkanmu surat

4//SURAT

salam jumpa,

di ujung bulan gugur

sebusur cinta lepas lalu

tinggal air mata basah
ruang khayalku

di sini aku sendiri

sedang menunggu bulan semi

surat ini mengajakmu kemari

untuk memetik

setangkai bunga hati

aku menanti

5//MENANTI

Ah kau ini….

Sebiru angin aku nanti

ternyata kau di sana

di jarum detik itu

Ketika sangat sepi

dan hanya kau

6//KAU

Yang termenung di sudut sepi itu

Menempa-nempa makna

Selalu seperti itu.
Kekasihku. Puisi.

7//PUISI

Kusetubuhi dengan cinta

mengalirkan ke liang sanggamanya
dengan sepenuh jiwa

indahnya bagai doa

8//DOA

aku melukis misterimu

Yang selalu kusujud

Pada pangkal dan ujung hari

9//HARI

Kau, napas

di atas waktu

menanjak siang

turun ke senja

lelap bersama purnama

di batas tepi usia

berpelukan dengan raga

tak akan jumpa esok pagi

kau, tidak tahu apaapa

10//APA

Kita adalah puisi,

para pejalan kaki
yang memilih sering

melalui trotoar

 

Romba, 25 April 2015

LIMA SAJAK (dari) PACAR TUHAN

lima sajak (dari) pacar tuhan

HITAM

*) Vroni D

Mengapa tak terlihat
Ranting kecil bisa jadi api
Merela diri dibakar
dan menjadi abu
Memberi kehangatan
pada kehampaan.
Apakah masih hitam?
bulan dan bintang selalu
menemani langit malam
Hitam. Ada. Hitam terlihat.
Hitam tampak jelas
Tak perlu menjadi putih

#Labuan Bajo, 25 Oktober 2015

 

SEBANYAK CAHAYA

*) Anzy M

Kenangan selalu
membuat otak cacat.
Dia membuat jiwa terhanyut
dalam aliran rasa yang menyesatkan,
membuat jiwa menyesal
telah melalui aliran itu dan
membuat kutukan pada
waktu yang pernah singgah.
Harusnya kenangan dimusnahkan
agar semua jiwa dapat mengambil
cahaya sebanyak yang dimau.

#Labuan Bajo, 14 Oktober 2015

LIPAT CEPAT

*) Athina A

Perlahan ia melongok keluar
Mendapatkan kejutan cahaya terpendar
Ragam dan warna membayang membentuk
Begitu perlahan seolah terkutuk

Cabut katamu tertanam di daging
Basuh tergesa dalam jeritan nyaring
Perlu diingat semua pasrah nafas meminta
Juga mata yang tidak lagi menangkap cerita

Dibalut seragam rapi, menengadah ke jendela
Melahap bubur dan merengek sepala-pala
Dalang semesta memperbanyak mereka
Dialiri merah menghitam hingga baka

Muak mungkin bukan kata yang tepat
Hanya ingin segera rapi, ingin segera dilipat

#Labuan Bajo, 27 Agustus 2015

DALAM AKU

*) Maria AL

Tuhan diam di ujung sana
Tiap bicara aku tidak melihatnya
Tapi tahu dia mendengarku.

Tuhanku tinggal disana….
Di suatu titik yang rawan tak terlihat
Hanya lidahlidah kebenaraku yang menggapainya..
Bukan katakata yang hilang asap dan debu

Tidak ada yang bisa jadi Tuhan
Mereka terlalu dangkal untuk berada
di antara otak, mulut dan hatiku

Hanya Tuhan yang tinggal diam
di ujung titik pandangku
dia yang mampu berada dan tinggal dalam aku.

#Labuan Bajo 27 Agustus 2015

 

CATATAN AKHIR MEI

*) Khety S

Rindu itu laksana angin..
Dia membelaimu begitu lembut,
memainkan sensasi yang begitu rupa, lalu
dia pergi tiba-tiba meninggalkanmu
yang terlanjur terpesona..
kemudian dia kembali lagi dan pergi lagi..
begitu seterusnya sampai suatu saat
kamu terbiasa tapi sayangnya
kamu tidak bisa membedakan
mana rindu mana rasa sakit.

#Labuan Bajo, 30 Mei 2015

SURAT KEPADA AYAH

*) Kethy S

“Guido, si bungsu yang keras kepala”

Aku mengagumimu dari sini ayah,
Mengagumi caramu pelan menegurku
Mengagumi lakumu yang keras dan bermakna
Mengagumi senyummu dikala pelik
Mengagumi tegasmu ditengah kebimbangan
Mengagumi sosokmu
Aku mengagumimu dari sini ayah,
Berharap suatu saat menjadi sepertimu
Menghalau derita dengan sabar
Membakar semangat keika mulai pupus harap
berharap bisa mempersembahkan bahagia utkmu
Berharap aku bisa menjadi andalanmu
Aku mengagumimu dari sini ayah..
Tetaplah berdoa untuk langkahku
Tetaplah ada untuk usahaku
Selalulah bersamaku ayah…
Aku mengagumimu dari sini ayah
Dengan cintaku untukmu.

#Labuan Bajo, 10 September 2015

TIGA SAJAK DARI PARIS

notre dame

ZIARAH

Di seine yang tenang
ribuan anak kunci menengadah
panjatkan doadoa cinta.

Di pont de arts
ribuan gembok berangkulan
madahkan keabadian.

Hingga malam menyalakan eiffel
Tuhan tak jua pulang ke Notre Dame.
kepada-Nya aku bertanya mengapa.

“karena kalian telah memindahkan altar
dalam ziarah” jawab-Nya.

 

NOTRE DAME

Di celahcelah dinding yang retak
mengalir air mata Maurice de Sully,
jadi seine

di kaki lantai yang berlumut
tertidur seorang Victor Hugo,
jadi pont de arts

 

EIFFEL

Tuhan adalah
kekuatan dan keindahan
yang dapat binasa,
Gustave membunuhnya.

 

April 2014

Manusia Kemanusiaan

*) Kepada MA

Hanya sedikit manusia yang dilahirkan untuk menjadi manusia.
Dan manusia-manusia yang demikian adalah manusia kemanusiaan,
yang melihat, membuat, merawat, menghidupi
segala dan semua dalam pelukan kemanusiaan.

Hanya sedikit manusia yang mampu membaca kemanusiaan dengan matanya.
Manusia kemanusian tidak membaca dengan sebelah mata,
tidak membaca perbedaan dan ketidakadilan sebagai yang buang
tetapi membacanya sebagai beri, berkat dan rahmat.

Hanya sedikit manusia yang mampu menulis kemanusiaan dengan jari-jarinya.
Manusia kemanusiaan tidak menulis dengan sembunyi sebelah tangan,
tidak menulis dengan satu jari, untuk menunjuk, dan mengumpat
tetapi menulisnya dengan genggam, sebagai damai, salam.

Hanya sedikit manusia yang mampu menghidupi kemanusiaan dengan energinya.
Manusia kemanusiaan tidak bangun dengan setengah jiwa,
tidak dengan separuh rasa, separuh suka, seperuh enak, separuh butuh
tetapi dengah seutuh tubuh, seluruh mau, segenap senang.

Sedikit manusia yang mampu merawat kemanusiaan dengan kemauannya.
Manusia kemanusiaan tidak menyentuh dengan setengah hati,
tidak dengan melihat malam, menunggu teduh, dan berlari dari matahari
tetapi pada setiap butuh, segala tempat, semua sempat.

Dan hanya sedikit manusia kemanusian itu
yang menempatkan semuanya itu pada tempat yang bermatabat
dengan tanpa lupa mengucap ‘’segala sesuatunya (harus) baik adanya”
dari hari pertama sampai hari ke tujuh, dari tiada menjadi ada.

Cimahi, 13/07/2014