Kecil Menyontek, Besar Plagiat,

Mungkin Saja!

Dengan sengaja saya menulis judul tulisan kecil ini seperti di atas, karena menurut hemat saya, seorang plagiator ‘mungkin’ saja ketika masih di pendidikan dasar sudah belajar menyontek dan menjiplak. Ini masih satu kemungkinan, lebih tepat disebut sebagai salah satu sebab yang mungkin terjadi, karena  mengapa (juga) seorang guru besar (sekali pun) berani-beraninya melakukan plagiat, jika bukan karena sebuah ‘keseringan’, sebuah cara ‘belajar’  yang timpang dan berangkat dari pengalaman?

Ugh…menyakitkan memang, mendengar merebaknya kasus plagiat/penjiplakan yang seharusnya tidak pantas menimpa seorang guru besar. Tetapi mau apa dikata, inilah fakta,  solusi mentah dan  masih terbuka untuk diperdebatkan coba saya sampaikan di sini. Bahwa FONDASI PENDIDIKAN DASAR HARUS KUAT. Artinya,

pertama, berikanlah kebebasan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi pengetahuan. Guru atau pendidik menfasilitasinya secara benar (berdasarkan hakikat pendidikan yang dianut). Contoh kongkret untuk hal ini adalah berikan ruang yang terbuka kepada peserta didik untuk menulis dan membaca, menganalisis masalah dan memahami konteks. Hindari pula soal-soal pertanyaan yang ‘membodohkan’ siswa semisal soal pilihan ganda, tetapi perkaya siswa dengan penerapan pisau analisis melalui soal-soal essay.

Kedua, hakikat pendidikan sejatinya adalah mencerahkan bukan sebaliknya membuatakan mata hati nurani manusia.  Itu artinya, baik peserta didik maupun pendidik harus belajar dan berguru pada dan untuk KEBENARAN. Tujuan pendidikan sejatinya bukan supaya seorang anak didik mendapat nilai 10 atau A+, atau sebuah universitas mendapat nilai A+ atau terakreditasi. Tujuan pendidikan sejatinya adalah menciptakan manusia-manusia unggul yang nantinya dapat  mempertanggungjawabkan kehidupan bagi dirinya sendiri, lingkungan dan Tuhan.

Ketiga, hemat saya, mengapa seorang anak didik menyontek/menjiplak, dan seorang guru besar ‘berani’ melakukan plagiat,  adalah karena sang pelaku tidak memahami content dan hakikat pendidikan yang sesungguhnya. Lantas pertanyaan lebih lanjut, bagaimana seharusnya kita memulainya? jawabannya sangat sederhana. Mulailah dari diri sendiri. Titik. Jika masih bertanya bagaimana? maka bergurulah kepada KEBENARAN. Titik.

Seseorang, masih duduk di Sekolah Menengah, sebut saja dia adalah Si Tukang Nyontek. Pagi-pagi buta, baru saja saya membuka jendela facebook, tiba-tiba dia sudah nongol berbasa-basi, tapi ternyata ujung-ujungnya meminta tips dan trik bagaimana cara menyontek yang baik, tanpa diketahui oleh guru/pengawas dan tentu saja dapat menjawab soal secara benar.

Lantaran saya tidak punya resep untuk itu, saya memintanya untuk menceritakan trik-trik apa saja yang sudah pernah ia lakukan selama ini ketika menghadapi ulangan, kuis dan  atau ujian. Dengan penuh semangat ia membeberkan sederetan tips dan trik tersebut. Di bawah ini saya mencatat tips dan trik yang sudah digunakannya.

  1. Selama ini aku bikin catatan kecil di kertas yang aku buka ketika lagi ulangan, kuis, ujian dan lain-lain. Habis mau kerjasama nyontek sama teman susah sekali dan takut aku ketahuan sama bapak ibu guru yang jaga ujian.
  2. Kadang aku taruh kertas contekan di bawah kertas jawaban, lkemudian taruh contekannya waktu guru membagikan kertas jawaban atau soal ke murid yang lain. Nah wktu mulai ujian aku  tinggal geser dikit kertas jawaban buat ngeliat contekannya,tp smbil hati2 jgn sampai ketauan.
  3. Kadang aku taruh buku buat contekan di kamar mandi sekolahan. Tapi aku naruh di tempat yang ama. Nah waktu ujian mulai aku tinggal minta ijin ke kamar mandi. Aku bilang saja kalau mau buang air kecil. Tapi gak keseringan ke kamar mandinya nanti guru bisa curiga.
  4. Atau kadang untuk lebih efisien, akukerjasama degan teman yang lain, jadi bisa berbagi. Misalnya, aku bagian soal nomor 1 dan 2. Nah aku ke kamar mandi mencari jawaban untuk soal nonor 1 dan 2. Selanjutnya adalah giliran teman lain yang sudah mendapat jatah nomor selanjutanya, kemudian di-share.
  5. Kadang kalau ujiannya adalah pilihan ganda, aku kadang tanya teman yang lebih pintar. Caranya pake kode. Misalnya kalau jawaban A, kode jarinya angkat 1 jari. Kalau jawabannya B, angkat 2 jari dan seterusnya.
  6. Bahkan aku ama kawan-kawan sempat meeting sebelum ujian atau ulangan untuk menemukan resep jitu saat menyontek.  Rapat itu sebenarnya hanya untuk menyepakati tempat duduk yang paling strategis, yakni di dekat jendela. Biar kalau nyontek bisa awasi guru.
  7. Kadang sebelum ulangan aku  tanya anak-anak kelas lain yang uadah ulangan duluan dan kadang memaksanya untuk membocorkan jawaban. Imbalannya biasanya ajak jalan atau traktir makan.
  8. Lucunya ada yang lebih gila, pernah pas ujian kawan satu pura-pura  bikin rusuh. Ketika kelas lagi panic, mulailah kami bergentayangan mencari jawaban.

Demikianlah saya mencatat kurang lebih delapan (8) poin yang dikisahkan si Tukang Nyontek. Saya tidak hanya tersintak, terperanjat, tetapi juga kagum dengan pelajar tersebut. Mengapa bisa punya tips dan trik serupa itu, sangat kreatif dan brillian.

Namun sayang, di akhir chatingan, saya tidak memberikan tips dan trik apa pun selain mengatakan kepadanya bahwa coba lakukan lagi delapan trik di atas, atau bila perlu dikolaborasikan antara tips yang satu dengan trik yang lain.

Perlu dicatat bahwa tips dan trik menyontek seperti ini sudah menjadi wajar terjadi dalam ruang kelas baik di pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Namun demikian pesan penting yang disampaikan dalam dan melalui tips dan trik ini bukan untuk ditiru, diikuti dan apalagi diterapkan, tetapi sebaliknya adalah untuk sekedar tahu bahwa menyontek itu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar.