plesetan tentang nusa tenggara timurNTT tidak hanya merupakan kependekan dari Nusa Tenggara Timur. NTT ternyata punya kepanjangan yang lain. Ada yang postif dan optimistik, namun sayang, sebagian besarnya adalah plesetan, tak jarang pula bernada satir. Namun yang pasti, semuanya lahir secara spontan karena membaca peristiwa keseharian dalam dan dengan segala keserbaannya yang begitu terang benderang hadir dan ada.

Ada yang sayup-sayup didengar, dengan menyebut NTT sebagai Novanto Teman beTa. Plesetan ini muncul lantaran pemprov NTT, secara khusus Frans Lebu Raya selaku gubernur mempihaketigakan Pantai Pede, satu-satunya ruang public tersisa di Labuan Bajo Manggarai Barat kepada PT Sarana Investama Manggabar yang diduga milik Setya Novanto, Ketua DPR RI. Novanto Teman beta dengan lain kalimat adalah Novanto temannya Frans Lebu Raya.

Ada juga yang memplesetkan NTT sebagai Nestapa Tiap Tahun, karena setiap tahun selalu ada cerita miris datang dari NTT, mulai dari bencana kekeringan, kelaparan, busung lapar, krisis air, pembunuhan, TKI dan seterusnya sampai dengan krisis sumber daya public yang lain. Sederetan kisah sedih tentang NTT yang diplesetkan sedemikian sehingga ternyata bukan hanya karena NTT secara alamiah dan geografis merupakan negeri yang ditakdirkan dengan Nasib Tidak Tentu, lantas Nangis Terus Terus atau Ngeyel Terus Terus sehingga terpaksa tunggu siapa tahu Nanti Tuhan Tolong.

Tetapi juga karena secara struktural sebenarnya Negara, dalam hal ini pemerintah eksekutif dan legislatif, kepolisian dan kejaksaan turut andil dalam proses pemiskinan itu. Munculnya plesetan NTT sebagai Nyolong Terus Terus atau Nyolong Tiap Tahun, atau Nusa Tipu Tipu sebenarnya merupakan protes atas sikap dan karakter sebagian politisi dan birokrat yang koruptif, tidak transparan dan miskin integritas. Apalagi jika ketakbecusan itu adalah akibat dari persentuhan yang tidak sehat dengan para pemodal atau investor yang melulu memahami pembangunan secara ekonomi-kapitalistis.

Fakta paling terang adalah kasus tambang. Beragam aksi protes bermunculan di seantero NTT lebih-lebih di Timor dan Flores. Di satu sisi warga berusaha untuk melawan berbagai upaya pencaplokan sumber daya alam tersebut dengan beragam teriakan di antaranya: Nusa Tanpa Tambang, Nusa Tolak Tambang. Tetapi di sisi yang lain pemerintah dengan beragam argumentasi tetap tidak peduli, dan bahkan masih menerbitkan izin usaha pertambangan kepada para investor tambang sambil terus meng-ya-kan Nah Teruskan Tambang, Nah Teruslah Tambang. Akhirnya yang terjadi Ngujungnya Tolak Tarik, Nah Teler Telerlah.

Namun dari antara sekian kecemasan, rasa pesimis dan ketakmenentuan itu, ada juga keyakinan dan harapan yang menggembirakan. Walau sebenarnya dari hati yang paling dalam, secara pribadi, saya belum seratus persen percaya. Apalagi kepanjangan tentang NTT disampaikan oleh seorang Frans Lebu Raya yang adalah Novanto Teman beTa. Kata Frans Lebu Raya, seperti dilansir bisnis.com edisi Senin (26/10/2015) bahwa NTT adalah New Territory Tourism (ehm atau jangan-jangan Novanto Territory Tourism) sehingga membuat Frans Lebu Raya begitu senangnya sampai menyebut NTT sebagai Nikmat Tiada Taranya.

Oke, well, di satu sisi Nusa Tenggara Timur adalah salah satu destinasi pariwisata unggulan Indoensia, bahkan merupakan pintu gerbang pariwisata Indonesia. Namun perlu dicatat pula, keseharian masyarakat NTT adalah Nelayan Tani Ternak dan juga merupakan salah satu pusat kearifan local Indonesia dan dunia dalam hal tekstil tribal sehingga NTT layak disebut sebagai Nusa Tenun Tangan atau Nusa Tenun ikaT.

Sebagai salah satu provinsi kepulauan di Indonesia yang terdiri atas 1 Kota  dan 21 Kabupaten, 306 Kecamatan, 318 Kelurahan dan 2.950 Desa yang menyebar di ratusan pulau besar dan kecil, NTT semestinya memprioritaskan keseharian mayoritas warganya yang adalah nelayan, petani, peternak dan penenun.

Pariwisata bukan tidak penting dan pun bukan harus diabaikan, tetapi sumber daya warga kebanyakan dan kesiapan dalam sector yang lain perlu pula ditingkatkan sehingga tidak timpang ketika NTT menjadi New Territory Tourism. Jika tidak, Nikmatnya Tiada Tara hanya dirasakan oleh segelintir orang, atau jangan-jangan hanya oleh seorang Frans Lebu Raya. Ah, apalagi kalau Novanto (dan) Titik Titik…