keindahanAku merangkak dengan tapak-tapak yang kokoh. Melewati jurang yang terjal menuju takhta cinta yang tersembunyi di balik topang selangkangan. Aku tidak sendiri. Aku bersamanya, bersama pemilik singgasana.

Di situlah gua sanggama tampak jelas terlihat, walau agak curam, terbalik menatap wajah bumi. Menatap surga yang terletak di bawah telapak kakinya. Menatap eden. Takhta cinta itu bagai rembulan, melepas cahaya, menyiram malam.

Ketika tiba, aku terbelalak. Menakjubkan. Mataku memandang rimbunan teratai berdaun rendah. Guguran daun tua dari pohon yang menjulang, lalu dibawa lenyap aliran sejuk di sisi badan gua, hingga berhenti di tepi telaga.

Di depanku tenang berdiam telaga indah, dengan pulau kecil menyembul di tengahnya. Pulau berpesisir terjal berwarna jingga yang memanjakan lidah-lidah gelombang menjilatinya. Penuh butiran embun. Menyilaukan mata jiwa, menusuk rasa, melumat sukma.

Aku hendak masuk lebih jauh ke dalam. Kubasuhkan wajah dengan aroma telaga, membiarkan ariku merasakan kesejukannya. Serentak menguatkan tapak-tapak pijakku dengan menegukkannya. Hingga aku memanjatkan doa “Tuhan aku telah menemukan cinta, tetapi mengapa Engkau meletakkan-Nya di tempat yang paling sulit untuk ditempuh”

sumber gambar: cutekamran2007.googlepages.com/wallpaper_16.j…