Serupa luka yang tak sembuh, kenangan itu terus menyentuh ruang kalbu. Antara trauma dan suara panggil yang selalu kembali, Sarah, si gadis senja, mencoba untuk berperang melawan rasa. Akankah kenangan itu lupa lalu. Atau justru kembali menghampiri kesendirian yang setia menanti di sepi.

Tiada kata di pusaran hari selain bersujud penuh sembah, memohon ridhoi Allah, untuk melupakan segala kenangan dengan penuh ikhlas. Walau terasa berat, Sarah sudah sedang selalu memberi, bahwa ia percaya hanya kepada-Nya cinta selalu kembali.

Pada saat tertentu, kenangan itu menyembul senyum. Melejit mimpi-mimpi indah. Melesat harap-harap terang benderang. Namun pada saat yang lain. Air mata tumpah. Jatuh membasahi mimpi indah, menghanyutkan segala harap. Mencerabutkan akar-akar.  Jadi lunglai, pun pula gugur tanpa rupa.

Mengenang kisah itu, Sarah serupa berada pada senja yang mendung. Warna jingga yang selalu menghiasi wajah laut terasa berat mengurai benang-benang biasnya. Matahari yang setengah tenggelam tampak seperti menunggu. Langit menghitam serupa malam dan hujan.

Antara masih siang dan atau akan malam, semua terceritakan pada senja. Wajah Sarah terlukis di sana, di ufuk barat, di kaki senja. Dengan air mata jatuh dalam tempo perlahan. Serupa mengiringi suara Adzan yang dikumandangkan dengan elok ustadz Azam.

Antara Sarah dan Azam masih ada rasa. Ada suara-suara malam yang terus memanggil, tentang cinta dan kebahagiaan. Namun, untuk sementara mereka hidup dalam diam. Dalam sepi yang panjang, yang berujung jua.

Sarah mengadu kepada senja, tentang semua kisahnya. Azam memendamkan wajahnya pada sajadah. Memohon petunjuk pada Allah, sehingga pada setiap saat ketika cinta menghampirinya, Azam akan selalu berujar “Hanya alam dan Tuhan yang tahu”.

Ya..hanya Alam dan Tuhan yang tahu. Alam begitu dekat dengan Sarah, sedangkan Azam memanjatkan penatnya kepada Allah. Jika saja, antara Azam dan sarah bersama melantunkan madah yang sama, keduanya akan menjadi sempurna. Sempurna dalam duka dan cita. Dalam cinta.

Tetapi, manusia tidak bisa memastikan kemahakuasaan Allah. Semuanya berpasrah kepada-Nya. Dalam doa yang terus dipanjatkan. Sarah, gadis senja yang selalu menanti cinta sejati. Azam, lelaki penyayang yang selalu setia berharap pada keajaiban. Antara Sarah dan Azam masih ada rasa yang semuanya belum tertumpah, tentang semua ‘Hanya Alam dan Allah yang tahu”