*) Kepada MA

Hanya sedikit manusia yang dilahirkan untuk menjadi manusia.
Dan manusia-manusia yang demikian adalah manusia kemanusiaan,
yang melihat, membuat, merawat, menghidupi
segala dan semua dalam pelukan kemanusiaan.

Hanya sedikit manusia yang mampu membaca kemanusiaan dengan matanya.
Manusia kemanusian tidak membaca dengan sebelah mata,
tidak membaca perbedaan dan ketidakadilan sebagai yang buang
tetapi membacanya sebagai beri, berkat dan rahmat.

Hanya sedikit manusia yang mampu menulis kemanusiaan dengan jari-jarinya.
Manusia kemanusiaan tidak menulis dengan sembunyi sebelah tangan,
tidak menulis dengan satu jari, untuk menunjuk, dan mengumpat
tetapi menulisnya dengan genggam, sebagai damai, salam.

Hanya sedikit manusia yang mampu menghidupi kemanusiaan dengan energinya.
Manusia kemanusiaan tidak bangun dengan setengah jiwa,
tidak dengan separuh rasa, separuh suka, seperuh enak, separuh butuh
tetapi dengah seutuh tubuh, seluruh mau, segenap senang.

Sedikit manusia yang mampu merawat kemanusiaan dengan kemauannya.
Manusia kemanusiaan tidak menyentuh dengan setengah hati,
tidak dengan melihat malam, menunggu teduh, dan berlari dari matahari
tetapi pada setiap butuh, segala tempat, semua sempat.

Dan hanya sedikit manusia kemanusian itu
yang menempatkan semuanya itu pada tempat yang bermatabat
dengan tanpa lupa mengucap ‘’segala sesuatunya (harus) baik adanya”
dari hari pertama sampai hari ke tujuh, dari tiada menjadi ada.

Cimahi, 13/07/2014