Tidak ada cinta di dunia maya, sebab sesungguhnya yang ada adalah permainan rasa. Permaianan yang mengarahkan pada pengenalan-pengelanan dan perjumpaan-perjumpaan emosi yang disampaikan dalam dan melalui kata, gambar dan suara. Dalam dan melalui media tersebut, seseorang akan hadir dengan lebih jujur, terbuka, tanpa malu dan bahkan berani. Emosi dilibatkan dengan sepenuh jiwa, bahkan rela untuk menumpahkan semua rasa karena segenap perhatian dan konsentrasi tersandera.

Namun demikian, tentang cinta yang serupa itu (termasuk romantisme yang tertuang dalam dan melalui telephone dan pesan singkat) selalu saja tercipta lebih menggairahkan. Lantaran, semuanya adalah ilusi yang diciptakan serupa fakta. Di sinilah letaknya ke-dasyat-an cinta di dunia maya. Kita seperti dihantar masuk ke dalam rimba ilusi yang menggetarkan dan sekaligus menggemarkan. Sebuah suasana perjumpaan yang elok sekaligus mengejutkan penuh tantangan.

Dalam pengenalan dan perjumpaan tersebut, pasangan pencinta mengalami dan merasakan kehadiran sebagai sesuatu yang dasyat, jauh, tidak terhampiri, sangat romantis. Cinta menghantarkan pasangan pencinta untuk menggapai mimpi-mimpi yang jauh tak terjangkau, dalam tak terselemai, dan lebar tak terukur. Namun pada saat yang sama para pencinta mengalami dan merasakan bahwa cinta serupa hadir begitu dekat, baik, penuh kasih, peduli, menyenangkan dan menenteramkan.

Namun, sekali lagi, semuanya adalah ilusi. Sebuah permainan ruang rasa yang berlebihan. Korban dari permainan ruang rasa ini adalah mereka orang-orang yang kesepian yang tidak memahami sesungguhnya arti cinta. Mereka, orang-orang yang memandang dan memahami cinta sekedar sebagai permainan ruang rasa dan atau pengalaman emosional semata. Lantas dengan demikian apa itu cinta yang sesungguhnya?

Sesungguhnya cinta tidak hanya pengenalan-pengenalan dan perjumpaan-perjumpaan emosional, namun juga harus mencakup pelibatan diri. Cinta tidak hanya berada di ruang angan, akan tetapi juga perlu dihadirkan ke dalam ruang riil kehidupan. Cinta butuh persentuhan-persentuhan indera. Perhatian dan kasih sayang harus dapat diungkapkan dengan tatapan mata, tangan yang saling menyapa, jari-jari yang saling memberi, kaki-kaki yang saling menopang dan pundak-pundak yang saling menyanggah serta pada dada-dada yang saling merebahkan kerinduan.

Terlibat dan melibatkan diri dalam realitas kehidupan adalah hakikat dari kehidupan itu sendiri, termasuk di dalamnya adalah hakikat dari cinta. Menugutip dari Gibran Kahlil Gibran. “…aku berkata bahwa hidup memang kegelapan, jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat-keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan. Dan segala pengetahuan adalah hampa, jika tidak diikuti pekerjaan. Dan setiap pekerjaan akan sia-sia, jika tidak disertai cinta. Bekerja dengan rasa cinta, berarti kalian sedang menyatukan diri dengan diri kalian sendiri, dengan diri-diri orang lain – dan kepada Allah.”

Apa yang mau dikatakan Gibran dalam Triloginya (hal.28-29) ini tentang cinta dan kehidupan adalah tentang terlibat dan melibatkan diri. Wujud tertinggi dari cinta bagi Gibran adalah terlibat atau melibatkan diri dalam dunia; dan bentuk keterlibatan itu dimaknai oleh Gibran dengan kerja. Kerja atau pekerjaan adalah satu-satunya wujud relasi manusia dengan Allah dalam dunia, sebagai sebuah bentuk kurban diri yang kongkret. Kerja yang dimaksudkan Gibran tidak hanya melibatkan daya fisik tetapi juga pikiran dan perasaan manusia. Melalui kerja manusia dapat mewujudkan dirinya sebagai individu. Dengan bekerja manusia dapat melebur dalam persatuan dengan sesama, dan dengan bekerja pula manusia dapat menjumpai Allah di dalam alam semesta.

Gibran meyakini, dan saya menegaskan keyakinan tersebut, bahwa kerja merupakan dimensi mendasar hidup manusia di dunia. Latar belakang pemikirannya adalah karena manusia ialah citra Allah, juga karena perintah yang diterima dari Penciptanya untuk menaklukkan dan menguasai dunia. Bagi Gibran semua perkerjaan manusia harus berorientasi pada cinta. Karena kerja yang berlandaskan pada cinta, maka melalui kerja atau pekerjaan manusia tidak hanya mengubah kodrat, tetapi juga mewujudkan dirinya sendiri dan membangun masyarakat keluarga dan bangsa.

Di sinilah letaknya hakikat cinta. Namun jika hanya mengembara dan berpetualangan di rimba maya dan alam mimpi dan awan angan, sudah dipastikan mereka adalah orang-orang kesepian yang setiap harinya merindukan perjumpaan tetapi sesungguhnya tidak memahami hakikat perjumpaan. Mereka adalah orang-orang yang merindukan kasih sayang dan cinta, tetapi sesungguhnya tidak memahami apa artinya cinta. Dalam kesepian yang panjang mereka dipenjara, lantas dari balik jeruji rasa mereka berteriak ‘I am so Lonely, because i am jablay’