Jangan dulu percaya dengan omongan ini. Sebab saya sudah sedang mengada-ada, mencari-cari kesamaan-kesamaan, menemukan kemiripan-kemiripan, menyandingkan kecocokkan-kecocokkan, walau sesungguhnya tidak pernah ada kesalingterkaitan antara apa yang sudah sedang heboh yakni Crop Circlesdan juga Corrupt Circles. Lantaran ada ruang untuk mengusil di halaman ini, maka baik juga jika tentang ini diperbincangkan secara iseng.

Sampai sejauh ini baru saya temukan tiga kemiripan (pembaca bisa memperpanjang daftar kemiripannya…monggo). Kemiripan pertama adalah pada pelafalannya. Crop Circles dan Corrupt Circles. Coba diucapkan secara perlahan. Mirip kan? Bahkan pada orang-orang tertentu penyebutannya hampir persis sama. Coba kita minta seorang anak kecil yang sedang belajar bicara mengucapkannya. Kedengarannya bukan hanya mirip, tapi sama dan lucu: cop cice…

Kemiripan kedua adalah pada batasan atau definisinya. Crop Circles atau lingkaran tanaman, menurut Wikipedia merupakan suatu pola teratur yang terbentuk secara misterius di area ladang tanaman (gandum atau padi yang sudah sedang tumbuh subur). Proses pembuatannya seringkali hanya dalam waktu semalam. Tidak diketahui siapa pembuatnya, walau belakang hari baru diketahui siapa ‘seniman semalam’ itu. Fenomena ini pertama kali ditemukan di Inggris pada akhir 1970, dengan bentuk pola-pola lingkaran sederhana. Pada masa-masa setelahnya, pola-pola tersebut kini cenderung bertambah rumit dan tidak terbatas hanya pada bentuk lingkaran.

Sementara Corrupt Circles atau lingkaran korup, enurut hemat saya adalah suatu pola sistematis yang terbentuk secara sistematis dan terencana, yang biasanya terjadi pada ladang negara yang sudah sedang berkembang (Ya, seperti Indonesia). Proses pembuatannya tidak diketahui, tapi biasanya dilakukan secara cepat agar tidak diketahui aparat hukum dan publik. Pada mulanya kita tidak mengetahui siapa pembuatnya, kendatipun belakangan baru tersingkap satu persatu. Fenomena ini (di Indonesia, misalnya) adalah fenomena klasik (tidak pernah tuntas) dengan pertama-tama dimulai dari lingkaran orang-orang terdekat atau keluarga. Namun pada masa-masa setelahnya, pola-pola tersebut semakin bertambah rumit, melibatkan banyak garis silang, bahkan garis putus-putus yang rumit dan sulit terdeksi oleh hukum.

Kemiripan ketiga adalah tentang fakta terjadinya yang hampir bersamaan diketahui oleh publik Indonesia. Sama-sama fakta yang menggemparkan. Crop Circles untuk pertama kalinya terjadi di Indonesia tepatnyadi daerah persawahan di Gunung Suru, Jogotirto, Berbah, Sleman Yogyakarta pada Minggu tanggal 23 Januari 2011 pukul 17.00 WIB. Diberitakan bahwa lingkaran misterius tersebut berdiameter 70 meter dengan tingkat kerumitan dalam proses pembuatan yang cukup tinggi. Walau sebagian besar masyarakat menduga bahwa pembuat adalah UFO atau makhluk luar angkasa, namun sampai kini belum diketahui pasti tentang dugaan itu. Sudah sejak Crop Circles itu muncul beramai-ramai mendia massa memberitakannya. Sungguh menggemparkan.

Hal yang sama terjadi pada fenomena korupsi di tanah air. Persis setelah putusan hakim Jakarta Selatan memvonis Gayus Tambunan dengan sanksi 7 tahun penjara serta denda 300 juta, Gayus pun lantas bernyanyi. Gayus membeberkan semua soal dan masalah yang melilitnya di depan para wartawan media massa. Publik terperanjat. Gayus sepertinya hanya satu garis dari sekian banyak garis putus-putus pada lingkaran korupsi yang telah merugikan triliunan uang negara. Walau sebagian besar masyarakat menduga bahwa Gayus Tambunan adalah pelakunya, namun sampai kini belum diketahui pasti kebenarannya. Sebagian yang lain menduga bahwa Gayus hanyalah satu garis kecil dari begitu banyak garis-garis utama. Sudah sejak Gayus menyanyi nyaring tentang itu, beramai-ramai media massa memberitakan tentang dasyatnya lingkaran korupsi. Sungguh menggemarkan.

Dari ketiga kemiripan di atas, saya lantas berkesimpulan bahwa (kesimpulan yang usil, tentunya) Crop Circles yang terjadi di Sleman Yogyakarta merupakan proses dan upaya kreatif putra dan atau putri terbaik Indonesia untuk menggambarkan tentang rumitnya penyelesaian kasus korupsi di tanah air. Mereka memilih melakukannya tengah malam karena korupsi adalah fenomena kelam. Mereka melakukannya di lahan sawah orang lain, karena seperti halnya korupsi yang tidak menghargai dan apalagi peduli kepada orang lain. Mereka tidak meninggalkan jejak karena seperti itulah yang dilakukan oleh para koruptor tidak menampakkan bukti apa pun bahwa mereka melakukan tindakan korupsi. Meraka melakukan garis-garis lingkar yang simeteris dan rumit, karena seperti itulah korupsi yang terjadi di tanah air, penuh rekayasa dan tidak hanya dilakukan oleh satu orang.

Saya kira masih ada lagi, namun yang pasti bahwa Crop Circles adalah tamparan besar untuk bangsa ini jika dihadapkan dengan persoalan hukum yang sudah sedang membedah Corrupt Circles.