baku peduli

Selain sekolah padang yang direncanakan, sekarang sedang dikembangkan komunitas Baku Peduli. Baku Peduli adalah program beasiswa milik publik yang dikelola oleh SUNSPIRIT FOR JUSTICE AND PEACE (http://forjusticeandpeace.wordpress.com) dengan menggalang dukungan dana untuk pendidikan bagi putera-puteri terbaik Indonesia Timur agar mendapatkan pendidikan tinggi yang berkualitas yang mempersiapkan mereka menjadi kader transformasi sosial di komunitas asal mereka.

Rekan saya, Bertolomeus Saleh dari SUNSPIRIT For Justice and Peace, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang concern di bidang pemberdayaan masyarakat dan pembangunan perdamaian di Laktutus Timor NTT, suatu ketika mengirim pesan singkat bahwa pada tahun 2010 akan membuat sebuah ’sekolah padang’, sebuah penamaan lain untuk ’sekolah alam’.  Demikian bunyi pesan singkatnya:

 ”Kawan, tahun depan kami mau bikin sekolah padang, uang sekolah dari tahi sapi. Setiap minggu anak-anak bawa tahi sapi, kemudian bersama-sama mengolahnya menjadi pupuk oragnik. Kasihan mereka belum bisa baca tulis, jadi kita coba belajar sama-sama. Siapa tahu tahi sapi bisa bikin orang pintar. Kawan tahu sendiri, di Laktutus Timor banyak sekali sapi dan tahinya terbuang begitu saja”

 Demikian bunyi pesan singkat itu. Saya lantas membalasnya dengan memintanya untuk menjadikan saja ’mimpi’ itu sebuah kenyataan. Kemudian, dalam balasan pesan singkatnya, kawan saya menjawab bahwa media dan metode pendidikan seperti ini akan lebih efektif menjawab kebutuhan lingkungan setempat. Anak-anak lebih leluasa menjawab kebutuhan dasar mereka akan sesuatu yang baru. Tugasnya bukan guru, tetapi hanya sebagai fasilitator yang secara bersama para murid menggali potensi-potensi yang tersembunyi dalam diri peserta didik, dalam alam sekitar, bahkan dalam dirinya sendiri sebagai fasilitator.

 Saya membalas kembali pesan singkatnya, bahwa ’Inilah model pendidikan yang kontekstual, cerdas menjawab kebutuhan, kreatif dan inovatif’. Saya menyebutnya kreatif dan inovatif karena hanya dengan metode dan model pendidikan yang komunikatif-dialogik seperti ini perubahan dapat terwujud. Perubahan yang dimaksud mencakup dalam banyak hal, bukan hanya sistem, model dan metode pendidikan yang akan diperbaharui, tetapi juga cara pandang dan kesadaraan terhadap peserta didik, guru sebagai fasilitator pendidikan, terhadap lingkungan sosial dan juga lingkungan alam sekitar akan berubah.

 Saya lantas teringat kembali dengan Pendidikan Kaum Tertindas-nya Paulo Freire (LP3ES:2008). Freire mengatakan bahwa rasion d’etre pendidikan yang membebaskan terletak pada usaha ke arah rekonsiliasi. Pendidikan harus dimulai dengan pemecahan masalah kontradiksi guru-murid, sehingga kedua-duanya secara bersamaan adalah guru dan murid. Bukan sebaliknya membuka ruang antara keduanya seakan-akan guru adalah seorang penabung sementara murid adalah celengan.

 Sekolah padang yang diidealkan kawan saya di atas sebetulnya merupakan sebuah tindakan dan sikap penolakan atas sistem dan situasi disekitarnya, yang mana anak didik dianggap sebagai sesuatu yang asing dengan dirinya sendiri dan bahkan dianggap sebagai obyek yang bodoh, juga guru dianggap sebagai pihak yang berkelimpahan ilmu pengetahuan. Sementara model dan metode pendidikan yang ideal adalah antara guru dan murid tidak tersekat ruang dan jarak. Antara guru dan murid terbangun komunikasi yang saling melengkapi.

 Maka tepat seperti apa yang ditegaskan Freire, bahwa esensi pendidikan yang membebaskan adalah komunikasi. Antara guru dan murid dibangun hubungan dialogis- keduanya sama-sama mengamati obyek yang sama. Melalui dialog, guru-nya-murid serta murid-nya-guru tidak ada lagi  dan justru yang muncul adalah sebuah suasana baru: yakni guru-yang-murid dan murid-yang-guru.

 Dengan dan dalam perspektip ini, guru tidak lagi menjadi orang yang mengajar, tetapi orang yang mengajarkan dirinya sendiri melalui dialog dengan para murid, yang  pada gilirannya di samping diajar mereka juga mengajar. Mereka semua bertanggung jawab terhadap suatu proses tempat mereka bertumbuh dan berkembang.

 Jika model dan metode pendidikan seperti ini yang di terapkan, bukan hanya seperti yang diimpikan kawan saya, tetapi impian bagi seluruh sistem pendidikan yang ada di tanah air ini yang mau menjadikan pendidikan sebagai modal dasar pembebasan dari kultur/kebiasaan yang mengekang, sistem sosial yang timpang, biaya pendidikan atau uang sekolah yang mahal, kurikulum yang sentralistik sungguh akan membawa perubahan yang luar biasa dalam dunia pendidikan kita.

Catatan: kunjungi pula- http://bakupeduli.wordpress.com