editorMenulis itu gampang, demikian kata orang. Arswendo Atmowiloto sampai menulis buku tentang itu: “Menulis itu Mudah”. Dan karena mudahnya menulis, Laurence Sterne sang novelis sampai bilang  “Menulis jika dilakukan secara benar, tak ada bedanya dengan kegiatan bercakap-cakap” Salah satu alasan yang paling sederhana adalah karena kita bisa dengan mudah menuliskan sesuatu seperti apa yang kita pikirkan, apa yang kita katakan dan apa yang kita kehendaki.

Tetapi, menjadi editor justru tidak gampang. Tri Marganingsih ( http://www.polimedia.ac.id/index.php?action=detail&id=2008080111591022&lang=eng)  menyebutkan delapan (8) elemen dasar yang harus diketahui dan dikuasi seorang editor. Itu artinya pekerjaan menjadi seorang editor tidak mudah. Delapan hal tersebut antara lain:

1) Mampu menulis sehingga memahami tulisan baik dan tulisan jelek. 2) Memiliki wawasan akan trend dunia penerbitan media. 3) Menguasai bahasa Indonesia dan bahasa asing. 4) Memahami bahasa sastra dan kesusastraan. 5) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi. 6) Menguasai perkembangan teknologi, terutama desktop publishing. 7) Mampu membangun jaringan dengan tokoh atau institusi yang berhubungan dengan penerbitan buku. 8).  Aktif dan menonjol dalam komunitas perbukuan.

Elemen-elemen di atas menghadapkan seorang editor untuk selalu ’berdialog, dan mungkin saja ’berdebat’ dengan penulis: apa yang mau anda katakan? apa maksudnya kalimat ini? mengapa anda menggunakan kata ‘kepada’ bukan ‘untuk’ atau ‘bagi’? dan masih banyak lagi pertanyaan kritis lainnya yang muncul dalam benak seorang editor.

Ketelitian, kekritisan, kemampuan untuk berargumentasi dan mendengarkan, serta kesanggupan untuk merasai bahasa merupakan bagian yang integral dari seorang editor. Tanpa kepekaan-kepekaan ini naskah yang akan ditayangkan atau dibukukan tentu saja akan menjadi mentah dan ‘basi’.

Menjadi penulis mungkin akan menjadi lebih mudah jika sambil belajar menjadi seorang editor. Atau terlebih dahulu menjadi seorang editor barulah menjadi seorang penulis. Dua aktivitas ini bukan sebuah rumusan baku, karena ada penulis yang mahir mengedit naskahnya sendiri.

Dengan sengaja saya mengangkat topik ini, karena pembicaraan secara spesifik tentang ‘editor’ tenggelam di balik ‘penulis’. Kita mungkin tidak sadar bahwa sebelum menjadi sebuah buku yang layak dibaca, atau tulisan yang layak tayang di belakang semuanya itu ada seorang editor yang memperantarainya. Seorang penjaga bahasa itu adalah editor.

sumber gambar: www.blogger.com/profile/09085099170354745648, naskah di atas pernah dimuat di http://wikimu.com dengan penambahan referensi.