Mari Belajar Menulis: “Aku mengarang karena yakin bahwa aku bisa mengarang, karena aku tidak ngeri untuk gagal sebagai pengarang” tulis Trisnoyuwono dalam ‘Bagaimana Aku Mengarang’ (Proses Kreatif, Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang, Ed. Pamusuk Eneste, KPG, 2009).

Sebuah kata kunci yang digariskan Trisnoyuwono mengapa ia menjadi begitu telaten dalam mengarang adalah ‘Yakin’ . Tentu tidak hanya itu. Pengarang ‘Kisah-Kisah Revolusi (1965) ini juga memiliki pula kemauan dan konsistensi selain kerelaannya memberikan waktu yang panjang untuk membaca.

Namun yang pasti bahwa, yakin bahwa ‘saya menulis maka saya bisa’ dan ‘walaupun gagal saya tetap menulis’ adalah modal utamanya. Sebagian dari kita, lebih-lebih saya dan anda sebagai penulis/pengarang pemula mungkin mengalami dan merasakan pekerjaan menulis sebagai sebuah beban.

Lantaran itu, kadang kita bukan hanya selalu ragu-ragu untuk menulis, tetapi juga (bahkan) menolaknya. Ketidakyakinan akan ‘saya bisa menulis’ bagi para penulis pemula, termasuk saya lebih banyak disebabkan karena tiga alasan (dan tentu saja titik tolak alasan ini adalah pengalaman pribadi).

Pertama, merasa malu dan takut ditertawakan. Kita malu kalau-kalau ada yang menertawakan tulisan kita, entah karena redaksi kalimat yang amburadul maupun tentang isi dan maksud yang mau disampaikan ngawur. Dan karena malu serupa itu, kita kadang menutup kuping atas koreksi dan masukan orang lain.

Kedua, karena malu kita minder. Kita selalu merasa kecil lantas menganggap diri belum mampu. Kita tidak hanya menganggap diri kita ‘kalah’ tetapi juga memosisikan diri sebagai orang-orang ‘kalah’. Membaca karya atau apalagi berhadapan dengan para penulis-penulis mapan dan professional kita menjadi ciut.

Ketiga, sebab lain dan penting adalah kita tidak memiliki referensi yang cukup sebagai bahan mentah untuk diolah menjadi sebuah tulisan. Kita tidak banyak membaca dan belajar menulis. Referensi utama dalam menulis padahal hanya dua, membaca sebanyak mungkin, yakni membaca teks dan konteks. Dan kedua adalah tidak berhenti untuk belajar dari kesalahan-kesalahan.

Inilah beberapa sebab utama yang bagi saya kadang dan bahkan selalu membuat kita urung memulai menulis. Kita tidak hanya merasa malu dan minder, tetapi juga kita kurang memiliki referenci sebagai bahan mentah untuk menulis.

Belajar dari kelemahan-kelemahan di atas, sebagai penulis pemula, saya dan siapa pun yang ingin terus belajar menulis pantas untuk memulai meyakini diri sendiri. Bahwa kita harus yakin bahwa kita bisa menulis, jika kita mau belajar untuk itu. Sebab adalah mustahil seoarang manusia tidak bersentuhan dengan dunia tulis menulis, walapun tentang hal yang satu itu, seseorang tersebut tidak meminatinya.

Menutup catatan kecil ini, kembali lagi saya mengutip dari Trisnoyuwono dalam tulisannya yang sama bahwa ” (sebenarnya) Aku ingin mencapai sesuatu dalam mengarang, dan aku bisa menggunakan seluruh hidupku untuk mengarang. Aku ingin hidup untuk mengarang, meskipun kenyataannya aku sering mengarang untuk hidup”