Aku dibiarkan terlunta di kesendirian. Menjawab sejuta tanya di lautan kehidupan yang kian tidak menentu. Sebagai perempuan aku tersiksa. Sebagai perempuan aku terluka. Andai tidak ada janji yang diberikan pada ketika itu, mungkin aku menjadi perempuan yang tidak mengapa. Tetapi sejarah tidak dapat diulang. Tentang segala luka dan semua derita, terpaksa aku harus mencari penyembuhan. Dengan ikhlas aku mencoba untuk melupakan semua, walau sesungguhnya tentang segala kenangan masih membekas begitu indah dan jelas.

Aku bukan perempuan yang ditinggalkan. Hanya sepatah kata itu yang menyisahkan gembira dalam dadaku. Aku perempuan yang kuat. Hanya sepatah kata itu yang memberikan aku terang. Aku perempuan yang tegar. Hanya sepatah kata itu yang memberikan aku jalan keluar. Andai tidak, aku mungkin menjadi perempuan paling sial karena tidak dapat menjawab kepungan kegundahan.

Aku tidak akan pernah mengutukmu sebagai lelaki pecundang, karena telah melepaskan aku dengan sia-sia. Aku menyadari itu sungguh, bahwa pilihanmu bukan untukku. Aku bukan wanita terindah bagimu. Kendati dalam janjimu dulu, engkau mengatakan aku adalah mawar dalam kehidupanmu. Tapi, itu kisah yang dulu. Sekarang, semuanya sudah berubah, jadi debu.

Dengan tulus, aku telah memaafkanmu. Dengan ikhlas, aku pun menerima seluruh diriku sebagai perempuan yang berbahagia. Bahwa sesungguhnya aku bukan perempuan yang ditinggalkan, tetapi manusia bermartabat yang telah engkau tempatkan pada tempat yang benar. Aku mau menjadi diriku sendiri. Menjadi seperti yang kurindu, menjadi seperti yang kuimpi.

Aku menyadari sungguh, bahwa perpisahan bukan akhir dari segala cerita. Bukan ujung dari sebuah perjumpaan. Tetapi sebaliknya nyawa bagi sebuah permulaan. Awal dari sebuah perjumpaan yang lain. Aku merefleksikan banyak hal tentang pengalaman perjumpaan itu. Sesungguhnya setiap kisah harus dimulai dari diri sendiri. Aku harus suluk ke dalam diri sendiri. Aku harus memasuki relung terjauh dari kalbuku. Aku harus menyibak semak-semak soalku, mengurainya jadi jalan menuju perjumpaan yang lain.

Tidak ada kata yang lebih tepat selain ucapan terima kasih penuh ikhlas untuk sebuah perpisahan yang sakit. Karena perpisahan itu, karena sakit itu, aku semakin mengalami bahwa kian hari aku kian matang. Selalu setiap sempat dan saat, aku serupa disembuhkan selalu dan lagi. Semakin aku suluk dengan diriku sendiri, semakin aku menemukan diriku bermartabat, bukan hanya untukku tetapi juga untuk hidup dan kehidupan. Itulah aku, aku bukan perempuan yang ditinggalkan, tetapi sebaliknya aku perempuan yang kau tempatkan pada tempat yang tepat dan bermartabat. Untuk dan tentang ini, aku tidak pernah sudah mengatakan ‘aku sayang kamu’ sekalipun kau pergi meninggalkan aku untuk seterusnya.

Amazing……..