Publication1.jpg

PUK-ORUPS-I
:republik birahi

*) Kris da Somerpes

/1/
Ini bukan puisi, tetapi
sebuah prosa ironi,
aku pun tak mengerti

“Tapi, jangan sekalikali
ganggu barang ini.
Bukan punya kau ini”

/2/
Yang satu ini, puki
ada di pangkal tungkai
sebuah sakramen bagi diri
diberi kepada yang tiada merugi

“Sejauh harga disepakati
hanya berdua di balik lubang kunci
dan dosa ditangggung sendiri.
Apa urusan republik ini di surga nanti?”

Hanya karena hokum bisa berilusi
bahwa moralitas itu berharga tinggi
sesuatu yang tak mesti. Sebuah privasi.
Diseretseret ke balik jeruji

/3/
“Malang kau selebriti”

/5/
Yang satu ini, korupsi
ada di seluruh sendisendi negeri
benderang tiada yang sembunyi
dijadi tema diskusi tapi tak bersolusi

“Belum punya cukup alat bukti
oleh karenanya aku masih di sini
harus dipanggil sampai tiga kali
baru aku pergi untuk berdiri”

Hanya karena di langit tinggi,
lagi diliput kepentingan yang sulit diurai
Dan, pasalpasal palsu bertemali
maka, tiada palu yang dibunyi.

/6/
Beruntung kau elite negeri”

/7/
Ini bukan puisi, tetapi
sebuah prosa ironi
aku pun tak mengerti

“Mengapa puki lebih elok diusut-cari
ketimbang korupsi para petinggi.
Initah ironi di republik birahi?”

10 Desember 2015/Hari HAM

VAGINA STREET
:sesuatu Tebet

*) Kris da Somerpes

/1/
Ini jalan, yang
tak dapat pulang

/2/
Orgasme belum sampai di subuh
Tubuhku sudah basah disimbah peluh.
Ya, kepadanya kuserahkan suluruh
Kubiarkan dia jejalahiku penuh

/3/
Namaku Deudeuh. Aku benci bau tubuh
Walau dalam telanjang, aku patuh.
Tapi karena lenguh itu. Aku dibunuh
Rebah di atas bayar berpuluhpuluh

“Kalau Allah bisa merubah
siang jadi malam,
Allah bisa merubah
lelah jadi berkah”

Itu doa terakhirku. Pada Jumat sepuluh
Setelah lelah melewati Tebet Utara dengan sungguh
Sekarang. Aku sudah kembali ke Depok. Aku sembuh
Aku tidur dalam mimpi paling abadi. Tiada gaduh

/4/
Namaku Kalam. Aku suka bau risau
walau dalam telanjang, tak jua satu
Tapi karena selalu kau berseruseru
Rebah aku di atas buku

“Aku ingin mencatatmu,
buatkan kau puisi rindu
Di jalan yang kau lalu,
Kubuang jauh jejak pilu”

Itu harapku. Pada malam kita bertemu
Dalam sebuah ruang tanpa pintu.
Sekarang. Aku sudah begitu dekat denganmu
Aku tidur di lembaran ceritamu

/5/
Orgasme tak kan sampai di subuh
Tubuhku bergetar menulis namamu
Ya, tentangmu kubaca seluruh
Kubiarkan kata jelajahi riwayatmu

/6/
Ini malang, yang
tak dapat ulang

Tebet Utara, 11 Desember 2015